BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memahami tentang bagaimana penggunaan dari diksi
,dapat
membedakan secara tepat makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan menemukan bentuk
yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh pembaca.Melihat kurangnya pemerhati diksi ,sedangkan
sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai maka kami menyusun
makalah yang berkaitan dengan diksi.
Terkadang penulisan paragraf
meskipun sederhana masih terdapat kesalahan. Paragraf adalah
suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara
penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Jika dipandang dari sudut
teknik, maka pengembangan paragraf dibagi menjad dua, yaitu pengembangan secara
alamiah dan pengembangan secara
logis.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah tujuan dari diksi ?
2. Apa saja fungsi dari diksi?
3. Bagaimana kelompok pembagian makna kata ataupun kalimatl?
4. Apakah bentuk-bentuk dari paragraf
?
5. Apa saja jenis dari paragraf?
6.
Bagaimana pengembangan dari paragraf?
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang Diksi, tujuan dan fungsinya.
2. Mengetahui dan paham tentang
hal-hal apa saja yang
mempengaruhi pemilihan kata.
3. Mengetahui kelompok makna kata.
4. Mengetahui dan memahami tentang paragraf ,bentuk paragraf
dan jenis paragraf.
5. Mengetahui pengembangan paragraf secara alamiah dan
secara logis.
ISI
DIKSI ( Pilihan Kata
)
Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara
tepat makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan
bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok
masyarakat pendengar.
Tujuan Diksi (Pemilihan kata) adalah untuk
memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan
lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan
kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara
penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata
bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan
kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh
pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan
tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial
dalam cerita tersebut.
Fungsi Diksi
1.
Melambangkan
gagasan yang diekspresikan secara verbal.
2.
Membentuk gaya
ekspresi gagasanyang tepat ( sangat resmi, resmi, tidak resmi ) sehingga
menyenangkan pendengar atau pembaca.
3.
Menciptakan
komunikasi yang baik dan benar.
4.
Menciptakan
suasana yang tepat.
5.
Mencegah
perbedaan penafsiran.
6.
Mencegah salah
pemahaman.
7.
Mengefektifkan
pencapaian target komunikasi.
Jika dilihat dari kemampuan pengguna bahasa, ada
beberapa hal yang mempengaruhi pilihan kata, diantaranya :
1.
Tepat memilih
kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang ‘diamanatkan’
2.
Kemampuan untuk
membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin
disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan
nilai rasa pembacanya.
3.
Menguasai
sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki masyarakat bahasanya,
serta mampu menggerakkan dan mendayagunakan kekayaannya itu menjadi
jaring-jaring kalimat yang jelas dan efektif.
Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus
memperhatikan dua hal pokok, yakni: masalah makna dan relasi makna :
• Makna
sebuah kata / sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri.
Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu :
1.
Makna
Leksikal dan Makna Gramatikal
Makna Leksikal : makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil
observasi alat
indera / makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan
kita. Contoh : Meja kuwi selehna ana
pojok.
Makna Gramatikal : untuk menyatakan makna-makna atau
nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia,
menggunakan proses reduplikasi.
Contoh : Akeh buku
ing perpustakaan.
2.
Makna Referensial
dan Nonreferensial
Makna referensial & nonreferensial perbedaannya
adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu
mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata
bermakna referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata bermakna nonreferensial
kalau tidak memiliki referen. Contoh: meja,
kursi, buku (bermakna referen). Kata lan,
nanging, sebabe (bermakna nonreferensial).
3. Makna Denotatif
dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal
atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh: kata “gering”, bermakna denotatif keadaan
tubuhnya yang lebih besar dari ukuran badan normal.
Makna konotatif adalah makna lain yang
ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang
/ kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Contoh: kata ”gering” pada contoh di atas bermakna
konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi
kata “langsing” bersinonim dengan
kata “gering” itu memiliki konotatif
positif, nilai yang mengenakkan.
4. Makna Konseptual
dan Makna Asosiatif
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh
sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Contoh: Kata “Jaran” memiliki makna konseptual
“sejenis binatang berkaki empat yg bisa dikendarai”.
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah
leksem / kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan suatu yang
berada diluar bahasa . Contoh: Kata “abang”
berasosiasi berani , “putih” berasosiasi
suci.
5. Makna Kata dan
Makna Istilah
Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak
berubah, tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan dapat menjadi bersifat
umum. Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu
kalimat. Contoh:. Kata ”banyu” ,
bermakna banyu yang berada di sumur, di gelas, di bak mandi atau air hujan.
Makna istilah memiliki makna yang tetap dan
pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah itu hanya
digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Contoh: Kata “tahanan” berarti orang yang ditahan
karena suatu perkara.
6. Makna
Idiomatikal dan Peribahasa
Idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa baik
kata, frase, maupun kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari makna
leksikal, baik unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut.
Contoh: Kata “lemari wesi” berarti
lemari yang terbuat dari besi
Makna pribahasa bersifat memperbandingkan atau
mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. Contoh: “Otot kawat balung wesi”.
7. Makna Kias dan
Lugas
Makna kias adalah kata, frase dan kalimat yang
tidak merujuk pada arti sebenarnya. Contoh: “Putri malam bermakna rembulan”.
8.. Makna Umum dan
Khusus
Makna umum adalah makna yang menjadi acuan.Contoh : “iwak” .”kembang”
Makna khusus adalah makna yang menjadi rujukan dari
acuan. Contoh : “mujair” adalah kata
khusus dari “iwak” , “melati” adalah kata khusus dari
“kembang”.
9. Kata abstrak dan
kata konkret.
Kata konkret adalah kata yang acuannya semakin mudah
diserap panca-indra, seperti meja, omah, suara lsp.
Kata abstrak adalah jika acuan sebuah kata tidak mudah
diserap panca-indra, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan
untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus
gagasan yang sifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu
diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan. Karangan tersebut dapat
menjadi samar dan tidak cermat.
10. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya
mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata
tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Kesinoniman kata masih
berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu kata.
11. Kata Ilmiah dan
kata popular
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa
asing yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa
digunakan oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah,
pertemuan-pertemuan resmi, serta diskusi-diskusi khusus.
Kata populer adalah kata yang digunakan dalam
komunikasi sehari-hari. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan,
kata-kata ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau pendidikan. Yang
juga terdapat pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah, laporan ilmiah,
skripsi, tesis maupun desertasi.
Paragraf
dan Pengembangannya
Paragraf
berasal dari bahasa Yunani yaitu paragraphos yang berarti "menulis di
samping" atau "tertulis di samping". Paragraf adalah suatu
bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara
penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Sebuah paragraf biasanya terdiri
dari pikiran gagasan , atau ide pokok yang di bantu dengan kalimat pendukung.
Sebuah paragraf haruslah mempunyai dua bagian penting sebagai syarat, yaitu:
1.
Kalimat Pokok
Kalimat
pokok merupakan inti pemikiran atau gagasan pokok dari suatu paragraf. Pada
umumnya kalimat pokok diletakan pada awal paragraf, tetapi kadang kala
diletakan pula di tengah atau pun di akhir paragraf.
2.
Kalimat penjelas
Kalimat
penjelas merupakan kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail
rincian dari kalimat pokok. Dalam penulisan
paragraf, kita harus sesuai dengan kerangkanya.
Adapun
kerangka paragraf adalah sebagai berikut :
1.
Dimulai dengan kalimat topik yang menyatakan gagasan
utama paragraf.
2.
Memberikan detil pendukung untuk mendukung gagasan
utama.
Ditutup dengan kalimat penutup yang menyatakan kembali gagasan utama.
Ditutup dengan kalimat penutup yang menyatakan kembali gagasan utama.
A. Bentuk paragraf
1. Deduktif: inti paragraf di awal
paragraf.
2. Induktif: inti paragraf di kalimat terakhir.
3. Campuran: inti paragraf di kalimat
pertama dan terakhir.
4. Ineratif: inti paragraf di tengah-tengah paragraf.
5. Diskriptif-Naratif :inti
paragraph di semua bagian paragraf
a. Paragraf Deduktif
Merupakan
suatu paragraf dimana kalimat utama di letakan diawal dan paragraf senjutnya
merupakan kalimat penjelas.
b. Paragraf Induktif
Merupakan paragraf yang dimulai dengan menyebutkan
peristiwa-peristiwa yang khusus, untuk menuju kepada kesimpulan umum, yang
mencakup semua peristiwa khusus di atas.
Ciri-ciri Paragraf Induktif
1.
Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa
khusus.
2.
Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan
peristiwa-peristiwa khusus.
3.
Kesimpulan terdapat di akhir paragraf.
4.
Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat
Penjelas.
5.
Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir
paragraf.
6.
Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
7.
Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni
yang mengungkapkan peristiwa- peristiwa khusus.
8.
Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung
gagasa utama.
Jenis Paragraf
Induktif :
1.
Generalisasi
2.
Analogi
3.
Klasifikasi
4.
Perbandingan
5.
Sebab akibat
a.
Sebab Akibat
b.
Akibat Sebab
c.
Sebab Akibat 1 Akibat 2
B. Jenis paragraf
1.
Paragraf Narasi
Paragraf
narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian. Dalam
karangan atau paragraf narasi terdapat alur cerita, tokoh, setting, dan
konflik.
Paragraf
naratif tidak memiliki kalimat utama. Paragraf naratif disusun dengan
merangkaikan peristiwa-peristiwa yang berurutan atau secara kronologis.
Tujuannya,
pembaca diharapkan seolah-olah mengalami sendiri peristiwa yang diceritakan.
Paragraf
narasi dibedakan atas dua jenis, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif.
2.
Deskripsi
Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu
hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal
tersebut.
Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri seperti:
·
Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.
·
Penggambaran tersebut dilakukan
sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera.
·
Membuat pembaca atau pendengar merasakan
sendiri atau mengalami sendiri.
·
Pola pengembangan paragraf deskripsi:
·
Paragraf Deskripsi Spasial, paragraf ini
menggambarkan objek kusus ruangan, benda atau tempat.
·
Paragraf Deskripsi Subjektif, paragraf ini
menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis.
·
Paragraf Deskripsi Objektif, paragraf ini
menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.
3.
Eksposisi
Eksposisi
adalah karangan yang menyajikan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya,
pembaca mendapat pengetahuan atau informasi yang sejelas – jelasnya. Dalam
paragraf eksposisi ada beberapa jenis pengembangannya, yaitu:
1.
Eksposisi Definisi
2.
Eksposisi Proses
3.
Eksposisi Klasifikasi
4.
Eksposisi Ilustrasi (contoh)
5.
Eksposisi Perbandingan dan Pertentangan
6.
Eksposisi Laporan
4.
Argumentasi
Paragraf
Argumentasi adalah paragraf atau karangan yang membuktikan kebenaran tentang
sesuatu. Untuk memperkuat ide atau pendapatnya penulis wacana argumetasi
menyertakan data-data pendukung. Tujuannya, pembaca menjadi yakin atas
kebenaran yang disampaikan penulis. Ciri-ciri
paragraf Argumentasi adalah:
1.
Ada pernyataan, ide, atau pendapat yang dikemukakan penulisnya.
2.
Alasan, data, atau fakta yang mendukung.
3.
pembenaran berdasarkan data dan fakta yang disampaikan.
5.
Persuasi
Merupakan
suatu bentuk karangan yang bertujuan membujuk pembaca agar mau berbuat sesuatu
sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuannya dapat tercapai, penulis
harus mampu mengemukakan pembuktian dengan data dan fakta. Dalam penulisan
paragraf persuasif, kita harus memperhatikan langkah-langkah dalam
penulisannya, diantaranya :
1.
Menentukan Topik dan Tujuan Dalam Paragraf Persuasif.
Dalam hal ini penulis bisa mengemukakan tujuannya secara langsung.
2.
Membuat kerangka karangan paragraf persuasif. Dalam
penulisan paragraf ini kita harus memperhatikan perumusannya. Susunan
pembahasan yang tepat untuk paragraf persuasif adalah susunan logis dengan
urutan sebab akibat. Dengan pembahasan seperti ini, pembaca langsung dihadapkan
pada masalah yang sedang dibahas.
3.
Mengumpulkan bahan untuk paragraf persuasif. Bahan
dapat diperoleh melalui kegiatan pengamatan, wawancara, dan penyebaran angket
kepada responden. Pada saat mengumpulkan bahan, kita dapat membuat catatan,
baik kutipan langsung maupun tidak langsung, yang nantinya dapat dijadikan
sebagai barang bukti.
4.
Menarik kesimpulan dari paragraf persuasif. Penarikan
kesimpulan dalam suatu karangan persuasi harus kitalakukan dengan benar agar
tujuan kita tercapai. Suatu kesimpulan dapat dibuat apabila data yang diperoleh
telah dianalisis. Penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan cara induksi atau
deduksi
5.
Penutup paragraf persuasif. Pada bagian ini, penulis
membari himbauan kepada pembaca tentang tulisan yang dia tulis.
C. Pengembangan Paragraf
Jika dipandang dari
sudut teknik, maka pengembangan paragraf dibagi menjad dua, yaitu:
1. Pengembangan secara alamiah
1. Pengembangan secara alamiah
Dalam
hal ini, paragraf dikembangkan berdasarkan urutan waktu bersifat kronologis.
Hal itu berarti kalimat yang satu mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau
waktu kegiatan dilakukan, dan diikuti oleh kalimat-kalimat yang mengungkapkan
waktu peristiwa terjadi, atau waktu kegiatan dilakukan. Paragraf yang
dikembangkan dengan cara ini tidak dijumpai adanya kalimat utama atau kalimat
topik.
2. Pengembangan
secara logis.
Pada pengembangan ini
cenderung memakai pola pikir. Pengembangan paragraf secara logis dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu klimaks-antiklimaks, dan umum-khusus. Kemudian
dari klimaks-antiklimaks dibagi lagi menjadi dua.
a. Pengembangan
secara klimaks
Dilakukan
dengan cara menyajikan gagasan-gagasan yang berupa rincian yang dianggap
sebagai gagasan bawahan, kemudian diakhiri dengan gagasan yang paling
tinggi/atas/kompleks kedudukannya atau kepentingannya.
b. Pengembangan
paragraf antiklimaks
Sebaliknya,
pengembangan paragraf secara antiklimaks dilakukan dengan terlebih dulu gagasan
yang dianggap paling tinggi/atas/kompleks kedudukannya atau kepentingannya,
baru diikuti dengan gagasan-gagasan yang berupa rincian yang dianggap sebagai
gagasan bawahan, gagasan yang dianggap kurang penting atau rendah kedudukannya.
Gaya
bahasa merupakan cara atau teknik untuk menyampaikan sesuatu. Gaya bahasa
memiliki peranan yang sangat penting dalam misi menyampaikan maksud kepada
orang lain baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. salah satu fungsi penggunaan
gaya bahasa yaitu untuk menjadikan pesan yang kita sampaikan lebih mengena
kepada penerima pesan. Hal tersebut karena gaya bahasa memiliki efek tertentu
pada pendengar atau pembaca.
Contoh berbagai Gaya Bahasa yang sering
digunakan :
1. Alusio
merupakan pernyataan atau maksud yang disampaikan secara berkias tetapi hanya
sebagian saja, karena umum dianggap sudah mengetahui kelanjutan dan maksud yang
sebenarnya.
Contoh : Sudah
selayaknya dalam setiap usaha kita harus selalu berakit-rakit ke hulu.
2. Antiklimaks
merupakan suatu pernyataan yang disusun secara berurutan dari yang paling
tinggi, makin menurun dan makin menurun dan makin menurun sampai kepada yang
makin rendah.
Contoh :
Jangankan seratus ribu, sepuluh ribu, seribu bahkan seratus rupiah pun aku tak
sudi membeli barang haram itu.
3. Antithesis
merupakan pernyataan yang diungkapkan dengan kata-kata yang saling
bertentangan.
Contoh : Tua
muda, besar kecil, kaya miskin mempunyai tanggung jawab yang sama di depan
Tuhan.
4. Antonomasia
merupakan keterangan suatu hal yang kemudian dijadikan pengganti benda atau
sesuatu yang mempunyai keterangan tersebut.
Contoh : Semoga
Yang Maha Pengasih selalu melindungi perjuangan kita. ( Yang Maha Pengasih
merupakan keterangan dari sifat Tuhan yang digunakan sebagai pengganti kata
Tuhan dalam kalimat di atas.)
5. Apofasis
merupakan suatu cara menegaskan sesuatu tetapi dengan cara yang seolah-olah
menyangkalnya.
Contoh : Saya
tidak akan mengatakan dalam forum ini, bahwa Saudaralah yang membocorkan
rahasia itu.
6. Asindeton
merupakan suatu cara mengemukakan beberapa hal atau peristiwa secara berurutan
dengan tanpa menggunakan kata sambung.
Contoh :
matahari, bumi, bulan, bintang yang berjuta-juta itu beredar dengan teratur
menurut garisnya sendiri-sendiri.
7. Ellipsis
merupakan suatu cara mengemukakansesuatau dengan menghilangkan suatu kata atau
lebih, tetapi yang dengan mudah dapat dilanjutkan sendiri oleh pendengar atau
pembacanya. Contoh : dari segi fisik, saya percaya engkau kuat; badanmu sehat,
tetapi psikis……. (setelah psikis kalimat tersebut tidak dilanjutkan karena
memang setiap yang medengar kalimat tersebut mesti sudah dapat memahami
kelanjutan kalimat tersebut yang berupa ketidakpercayaan).
8. Epemisme
disebut pula ungkapan penghalus ialah suatu cara mengemukakan pikiran atau
perasaan dengan menggunakan kata-kata dengan arti yang baik dengan maksud agar
tidak menyinggung perasaan orang. Epemisme dapat pula berupa ungkapan-ungkapan
penghalus untuk menggantikan kata-kata yang dirasakan kurang sopan.
Contoh : sejak
ditinggal suaminya, ia agak kurang waras.
9. Enumerasi
merupakan suatu cara mengemukakan suatu peristiwa atau keadaansecara
hterpisah-pisah, bagian demi bagian.
Contoh : rakyat
yang dicurigai mulai ditangkap , penyiksaan terjadi di mana-mana, berbagai
larangan mulai dikeluarkan, termasuk larangan bergerombol lebih dari tiga
orang.
10. Eponim
merupakan suau cara melukiskan sesuatu dengan mengambil sifat-difat yang
dimiliki oleh nama-nama yang terkenal.
Contoh :
lihatlah, Srikandi-Srikandi kita sedang berbaris dengan tegapnya.
(gadis yang
pemberani)
11. Hiperbola
merupakan suatu cara untuk menyatakan sesuatu denagn berlebih-lebihan.
Contoh :
keringatnya menganak sungai.
12. Iuendo
merupakan suatu cara menyindir dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya,
atau dengan kata lain menyindir dengan cara yang tidak langsung.
Contoh : tentu
saja ia kaya, karena sedikit-sedikit mau mengomersilka jabatanya.
13. Ironi
merupakan suatu cara mnyindir denganmengatakan yang sebaliknya.
Contoh : baru
jam 08.00, mengapa kau sudah bangun?
14. Klimaks
merupakan suatu cara mengemukakan sesuatu, idé atau keadaan dengan mengurutkan
dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi.
Contoh:
jangasnkan seorang, dua orang, kalau perlu seluruh kelas dapat datang ke
rumahku.
15. Koreksio
merupakan suatu cara menarik perhatian pendengar atau pembaca dengan mengatakan
sesuatu yang salah kemudian dibetulkan.
Contoh : pada
waktu itu saya di Surabaya; Oh tidak, di Jakarta.
16. Litotes
merupakan cara mengemukakan sesuatu dengan maksud merendahkan diri. Karena itu
sesuatu atau hal tersebut akan dinyatakan tidak sesuai keadaan sebenarnya.
Contoh :
terimalah barang yansg tak berharga ini sebagai tanda mata.
17. Metafora
merupakan suatu cara mengatakan atau melukiskan sesuatu dengan membandingkanya
dengan sesuatu yang lain. Dengan cara tersebut diharapkan pendengar atau
pembaca akan lebih dapat menangkap maksud yang diharapkan penulis karena benda
yang dijadikan perbandingan tersebut sudah diketahui benar baik wujud ataupun
sifastnya oleh pendengar/ pembacanya. Metafora biasa juga disebut perbandingan.
Contoh :kapan
saudara berjumpa dengan lintah darat itu?
18. Metonimia
merupakan suatu cara mengemukakan sesuatu maksud dengan menggantikan dengan
sifat, atau nama, atau sesuatu yang merupakan cirri khas dari benda-benda
tersebut.
Contoh : kami
akan berangkat dengan Garuda pukul 07.30 WIB.
19. Oksimorom
merupakan suatu cara berbahasa denga menggunakan kata-kata yang berlawanan
artinaya dalam fase yang sama. Dengan cara tersebut biasanya kata yang
dikandungnya menjadi lebih keras atau lebih tegas.
Contoh : agar
dapat merasa bahagia orang harus pernah menderita.
20. Paradox
merupakan suatu cara mengintensifkan maksud dengan mengemukan dua hal yang
bertentangan .sepintas lalu pernyataan tersebut tidak masuk akan, tetapi
dibalkik pertentangan itulah terletak intensitas makn a yang diharapkan.
Contoh : di
tempat ramai begini, terasa hatiku semakin sepi.
21. Pararelisme
merupakan suatu cara berbahasa denga menjajarkan beberapa kata atau frase yang
mempunyai makna sama atau hmpir sama.denga cara demikian dihaarapkan maksud
yang terkandung di dalamnya menjadi semakin jelas.
Contoh : baik
orang berpangkat maupun rakyatm melarat semua harus dihukum kalau memang
bersalah.
22.
Personifikasi biasa disebut juga pengorangan, merupakan suatu cara memperjelas
maksud dengan menjadikan benda-benda yang digambarkan tersebut seperti manusia.
Atau dengan kata lain suatu cara berbahasa dengan menghidupkan benda-benda mati
denagn memberinya sifat-sifat seperti yang dimiliki oleh manusia.
Contoh :
sebentar lagi matahari akan bangun dari ttempat peraduannya.
23. Pernyataan
retoris merupakan suatu cara menarik perhatian pendengan atau pembaca dengan
mengajukan pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban, karena sebenarnya jawaban
atas pertanyaan tersebut sudah diketahuinya.
Contoh :
mungkinkah Tuhan akan mengabulkan doamu jika tanpa kau sertai usaha?
24. Polisendeton
merupakan cara berbahasa dengan menggunakan beberapa kata sambung secara
berurutan dalam suatu kalimat.
Contoh : ia
yakin bahwa kedua orang tuanya dan adik-adiknya dan kakak-kakaknya dan semua
familinya akan berdoa demi kebrhasilan usahanya.
25. Pleonasme
merupakan suatu cara memperjelas maksud dengan cara menggunakan kata berlebih.
Biasanya dengan member keterangan dibelakang kata atau bagian, kalimat yang
diperjelas maksudnya tersebut.
Contoh : benar,
peristiwa itu kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri.
26. Pretario
(tautology) merupakan suatu cara menyatakan sesuatu dengan menyembunyikan atau
merahasiakan apa yang ingin dinyatakan tersebut.
Contoh : tidak
perlu kau sebutkan namanya, aku sudah tau siapa yang kau maksudkan.
27. Prolepsis disebut
pula antipasti, merupakan suatu cara berbahasa dengan menggunakan kata tertentu
lebih dulu, sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi.
Contoh :
Almarhum siang itu masih berboncengan Honda dengan anak laki-lakinya.
28. Repetisi
atau pengulangan merupakan suatu cara memperkuat makna atau maksud dengan
mengulang kata atau bagian kalimat yang hendak diperkuat maksudnya terdsebut.
Contoh : untuk
mencapai cita-citamu itu, satu hal jangan kau lupakan ialah belajar, belajar
dan sekali lagi belajar.
29. Sarkasme
merupakan suatu ejekan atau sindiran dengan kata-kata yang kasar.
Contoh : tuli
kamu ya, dipanggil dari tadi tidak datang-datang juga!
30. Sinekdose,
merupakan suatu cara menyatakan sesuatu dengan menyebutkan bagian-bagianya
saja, atu sebaliknya. Sinokse dibedakan menjadi dua, yaitu tutom pro parte
(menyatakan sebagian untuk keseluruhan) dan pars pro toto (menyebutkan
keseluruhan tapi yang dimaksudkan sebagian saja).
Contoh : Perang
Dunia II berakhir pada tahun 1942 (totum pro parte)
Sudah lama saya
tak melihat batang hidungnya (pars pro totot).
PENUTUP
Dari
ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara
tepat makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan
bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok
masyarakat pendengar. Tujuan Diksi (Pemilihan kata) adalah untuk memperoleh keindahan guna
menambah daya ekspresivitas.
Paragraf
berasal dari bahasa Yunani yaitu paragraphos yang berarti "menulis di
samping" atau "tertulis di samping". Paragraf adalah suatu
bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya
harus dimulai dengan baris baru. Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran
gagasan , atau ide pokok yang di bantu dengan kalimat pendukung. Pengembangan
paragraf dibagi 3 yaitu berdasarkan bentuk paragraf, jenis paragraf dan
pengenbangan paragraf.
Gaya
bahasa merupakan cara atau teknik untuk menyampaikan sesuatu. Gaya bahasa memiliki peranan yang
sangat penting dalam misi menyampaikan maksud kepada orang lain baik dalam
bentuk lisan maupun tulisan. Salah satu fungsi penggunaan gaya bahasa yaitu untuk
menjadikan pesan yang kita sampaikan lebih mengena kepada penerima pesan. Hal
tersebut karena gaya bahasa memiliki efek tertentu pada pendengar atau pembaca.
Ketiganya
sangat berpengaruh pada keefisiensian sutu kalimat, paragraf maupun wacana.
Ketiganya mempengaruhi keindahan suatu kalimat. Apabila ketiganya mengalami
kesalahan penggunaan, maka keindahan tidak akan didapatkan.
Daftar
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar