Kamis, 31 Mei 2012

Sinopsis Novel : "Perjalanan Sunyi Bisma Dewabrata"


Buku kanthi irah-irahan “Perjalanan Sunyi Bisma Dewabrata” menika dipundamel dening Pitoyo Amrih. Dipun cetak wonten ing DIVA Press ing kutha Yogyakarta wulan Juni 2012. Cacahipun kaca inggih menika 476 kaca lan kagungan No ISBN : 978-602-955-737-4.
Buki menika nyariyosaken salah satunggaling tokoh ing jagad pewayangan ingkang ndadosaken raos pengin langkung mangertos babagan lampahing gesangipun, awit saking miyosipun, timuripun, nalika gandrung tumrap piyantun estri, sepuhipun dumugi sedanipun wonten ing palagan perang Bharatayuda, inggih menika Bisma.
Bisma Dewabrata inggih menika piyantun ingkang istimewa. Boten nate mengertos kapan miyosipun lan sinten saestunipun ibunipun. Raos tresnanipun ibunipun hangrasuk wonten ing swaranipun panggalih lan pamangihipun nalika anglampahi pangembaraan. Ananging Bisma pitados dene sejatosipun ibunipun inggih menika salah setunggaling dewi kanthi asma Dewi Jahnawi. Dewi Jahnawi milih caranipun sedane inggih menika njalma dados manungsa.
Bisma dipunrumat dening Dewi Durgandini, putri wonten ing Kerajaan Wirata. Bisma panci ksatria sejati,panjenengane ngawujudaken pangabdianipun tumrap Durgandini. Ingkang paling utama inggih menika janji Bisma kagem Durgandini supados putra kandungipun Durgandini ingkang dados pamangku tahta Hastinapura. Sumpahipun Bisma boten dados rajanipun Hastinapura sanajan Bisma kagungan hak. Lan sumpah boten badhe srawung kalih piyantun estri supados boten kagungan putra ingkang saged nyuwun Tahta Hastinapura. Lajeng Bisma namung mangembara kagem berguru ing Resi kangge maknani sejatosipun urip.
Saking sumpah wau, Bisma saged mangertos sajatine gesang niku anamung bekti. Bekti tumrap janji, tumrap kluwarga,tumrap sedulur, lan bekti marang kapercayaan ingkang sampun pinilih, bekti marang urip, uga bekti marang Gusti Pengeran. Ananging sumpah niku ugi dadosaken Bisma mateni Dewi Amba, putri ksatriya ingkang dipungandrungi Bisma.
Perang Bharatayuda ingkang dipunwiwiti denging Duryudana inggih menika perang ingkang ngecewakaken Bisma, ananging ugi perang ingkang dipuntenggo salawase gesangipun. Sebab perang wau Bisma saged milih caranipun seda. Sedanipum Bisma sebab panah ingkan dipunsotaken dening Srikandi, putri ksatria saking Cempalareja ingkang kagungan raga lan watak ingkang sami kaliyan Dewi Amba, lan namung Bisma lan Antasena ingkan mangertos babagan niku.
Lampahing gesangipun Bisma kang dhawa, boten wonten piyantun ingkang ngertos lebeting panggalihipun Bisma. Anamung Antasena ingkang langkung caket lan mangertos sinten sejatosipun Bisma.

Rabu, 09 Mei 2012

Diksi, Gaya Bahasa Paragraf dan Pengembanganya


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memahami tentang bagaimana penggunaan dari diksi ,dapat membedakan secara tepat makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh pembaca.Melihat kurangnya pemerhati diksi ,sedangkan sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai maka kami menyusun makalah yang berkaitan dengan diksi.
Terkadang penulisan paragraf meskipun sederhana masih terdapat kesalahan. Paragraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Jika dipandang dari sudut teknik, maka pengembangan paragraf dibagi menjad dua, yaitu pengembangan secara alamiah dan pengembangan secara logis.

B.    Rumusan Masalah
1.         Apakah tujuan dari diksi ?
2.         Apa saja fungsi dari diksi?
3.         Bagaimana kelompok pembagian makna kata ataupun kalimatl?
4.         Apakah bentuk-bentuk dari paragraf ?
5.         Apa saja jenis dari paragraf?
6.         Bagaimana pengembangan dari paragraf?

C.    Tujuan
1.         Mengetahui tentang Diksi, tujuan dan fungsinya.
2.         Mengetahui dan paham tentang hal-hal apa saja yang mempengaruhi pemilihan kata.
3.         Mengetahui kelompok makna kata.
4.         Mengetahui dan memahami tentang paragraf ,bentuk paragraf dan jenis paragraf.
5.         Mengetahui pengembangan paragraf secara alamiah dan secara logis.
ISI
DIKSI ( Pilihan Kata )
Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

Tujuan Diksi (Pemilihan kata) adalah untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.
Fungsi Diksi
1.             Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
2.             Membentuk gaya ekspresi gagasanyang tepat ( sangat resmi, resmi, tidak resmi ) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
3.             Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
4.             Menciptakan suasana yang tepat.
5.             Mencegah perbedaan penafsiran.
6.             Mencegah salah pemahaman.
7.             Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

Jika dilihat dari kemampuan pengguna bahasa, ada beberapa hal yang mempengaruhi pilihan kata, diantaranya :
1.             Tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang ‘diamanatkan’
2.             Kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya.
3.             Menguasai sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu menggerakkan dan mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat yang jelas dan efektif.
Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok, yakni: masalah makna dan relasi makna :

•        Makna sebuah kata / sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri. Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu :

1.             Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Makna Leksikal : makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat
indera / makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita. Contoh : Meja kuwi selehna ana pojok.
          Makna Gramatikal : untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi.
          Contoh : Akeh buku ing perpustakaan.

2.             Makna Referensial dan Nonreferensial
Makna referensial & nonreferensial perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata bermakna referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata bermakna nonreferensial kalau tidak memiliki referen. Contoh: meja, kursi, buku (bermakna referen). Kata lan, nanging, sebabe (bermakna nonreferensial).

3.      Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh: kata “gering”, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih besar dari ukuran badan normal.  
Makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Contoh: kata ”gering” pada contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata “langsing” bersinonim dengan kata “gering” itu memiliki konotatif positif, nilai yang mengenakkan.

4.      Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Contoh: Kata “Jaran” memiliki makna konseptual “sejenis binatang berkaki empat yg bisa dikendarai”.
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem / kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan suatu yang berada diluar bahasa . Contoh: Kata “abang” berasosiasi berani , “putih” berasosiasi suci.

5.      Makna Kata dan Makna Istilah
Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum. Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat. Contoh:. Kata ”banyu” , bermakna banyu yang berada di sumur, di gelas, di bak mandi atau air hujan.
Makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Contoh: Kata “tahanan” berarti orang yang ditahan karena suatu perkara.

6.      Makna Idiomatikal dan Peribahasa
Idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa baik kata, frase, maupun kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal, baik unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contoh: Kata “lemari wesi” berarti lemari yang terbuat dari besi
Makna pribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. Contoh: “Otot kawat balung wesi”.

7.      Makna Kias dan Lugas
Makna kias adalah kata, frase dan kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya. Contoh: “Putri malam bermakna rembulan”.

8..      Makna Umum dan Khusus
Makna umum adalah makna yang menjadi acuan.Contoh : “iwak” .”kembang”
Makna khusus adalah makna yang menjadi rujukan dari acuan. Contoh : “mujair” adalah kata khusus dari “iwak” ,  “melati” adalah kata khusus dari “kembang”.


9.      Kata abstrak dan kata konkret.
Kata konkret adalah kata yang acuannya semakin mudah diserap panca-indra, seperti meja, omah, suara lsp. 
Kata abstrak adalah jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap panca-indra, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang sifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan. Karangan tersebut dapat menjadi samar dan tidak cermat.

10.      Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan makna konotatif suatu kata.

11.      Kata Ilmiah dan kata popular
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, serta diskusi-diskusi khusus.
Kata populer adalah kata yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan, kata-kata ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau pendidikan. Yang juga terdapat pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis maupun desertasi.








Paragraf dan Pengembangannya
Paragraf berasal dari bahasa Yunani yaitu paragraphos yang berarti "menulis di samping" atau "tertulis di samping". Paragraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran gagasan , atau ide pokok yang di bantu dengan kalimat pendukung. Sebuah paragraf haruslah mempunyai dua bagian penting sebagai syarat, yaitu:

1.             Kalimat Pokok
Kalimat pokok merupakan inti pemikiran atau gagasan pokok dari suatu paragraf. Pada umumnya kalimat pokok diletakan pada awal paragraf, tetapi kadang kala diletakan pula di tengah atau pun di akhir paragraf.
2.             Kalimat penjelas
Kalimat penjelas merupakan kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian dari kalimat pokok. Dalam penulisan paragraf, kita harus sesuai dengan kerangkanya.

Adapun kerangka paragraf adalah sebagai berikut :
1.             Dimulai dengan kalimat topik yang menyatakan gagasan utama paragraf.
2.             Memberikan detil pendukung untuk mendukung gagasan utama.
Ditutup dengan kalimat penutup yang menyatakan kembali gagasan utama.

A.     Bentuk paragraf
1.         Deduktif: inti paragraf di awal paragraf.
2.         Induktif: inti paragraf di kalimat terakhir.
3.         Campuran: inti paragraf di kalimat pertama dan terakhir.
4.         Ineratif: inti paragraf di tengah­-tengah paragraf.
5.         Diskriptif-Naratif :inti paragraph di semua bagian paragraf

a.      Paragraf Deduktif
Merupakan suatu paragraf dimana kalimat utama di letakan diawal dan paragraf senjutnya merupakan kalimat penjelas.

b.      Paragraf Induktif
Merupakan  paragraf yang dimulai dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa yang khusus, untuk menuju kepada kesimpulan umum, yang mencakup semua peristiwa khusus di atas.
Ciri-ciri Paragraf Induktif
1.      Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus.
2.      Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus.
3.      Kesimpulan terdapat di akhir paragraf.
4.      Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas.
5.      Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf.
6.      Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
7.      Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa- peristiwa khusus.
8.      Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasa utama.
Jenis Paragraf Induktif :
1.      Generalisasi
2.      Analogi
3.      Klasifikasi
4.      Perbandingan
5.      Sebab akibat
a.       Sebab Akibat
b.      Akibat Sebab
c.       Sebab Akibat 1 Akibat 2

B.     Jenis paragraf

1.             Paragraf Narasi
Paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian. Dalam karangan atau paragraf narasi terdapat alur cerita, tokoh, setting, dan konflik.
Paragraf naratif tidak memiliki kalimat utama. Paragraf naratif disusun dengan merangkaikan peristiwa-peristiwa yang berurutan atau secara kronologis.
Tujuannya, pembaca diharapkan seolah-olah mengalami sendiri peristiwa yang diceritakan.
Paragraf narasi dibedakan atas dua jenis, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif.


2.             Deskripsi
Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.

Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri seperti:

·         Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.
·         Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera.
·         Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
·         Pola pengembangan paragraf deskripsi:
·         Paragraf Deskripsi Spasial, paragraf ini menggambarkan objek kusus ruangan, benda atau tempat.
·         Paragraf Deskripsi Subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis.
·         Paragraf Deskripsi Objektif, paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.

3.             Eksposisi
Eksposisi adalah karangan yang menyajikan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya, pembaca mendapat pengetahuan atau informasi yang sejelas – jelasnya. Dalam paragraf eksposisi ada beberapa jenis pengembangannya, yaitu:
1. Eksposisi Definisi
2. Eksposisi Proses
3. Eksposisi Klasifikasi
4. Eksposisi Ilustrasi (contoh)
5. Eksposisi Perbandingan dan Pertentangan
6. Eksposisi Laporan

4.             Argumentasi
Paragraf Argumentasi adalah paragraf atau karangan yang membuktikan kebenaran tentang sesuatu. Untuk memperkuat ide atau pendapatnya penulis wacana argumetasi menyertakan data-data pendukung. Tujuannya, pembaca menjadi yakin atas kebenaran yang disampaikan penulis. Ciri-ciri paragraf Argumentasi adalah:
1. Ada pernyataan, ide, atau pendapat yang dikemukakan penulisnya.
2. Alasan, data, atau fakta yang mendukung.
3. pembenaran berdasarkan data dan fakta yang disampaikan.
5.             Persuasi
Merupakan suatu bentuk karangan yang bertujuan membujuk pembaca agar mau berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuannya dapat tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan data dan fakta. Dalam penulisan paragraf persuasif, kita harus memperhatikan langkah-langkah dalam penulisannya, diantaranya :
1.      Menentukan Topik dan Tujuan Dalam Paragraf Persuasif. Dalam hal ini penulis bisa mengemukakan tujuannya secara langsung.
2.      Membuat kerangka karangan paragraf persuasif. Dalam penulisan paragraf ini kita harus memperhatikan perumusannya. Susunan pembahasan yang tepat untuk paragraf persuasif adalah susunan logis dengan urutan sebab akibat. Dengan pembahasan seperti ini, pembaca langsung dihadapkan pada masalah yang sedang dibahas.
3.      Mengumpulkan bahan untuk paragraf persuasif. Bahan dapat diperoleh melalui kegiatan pengamatan, wawancara, dan penyebaran angket kepada responden. Pada saat mengumpulkan bahan, kita dapat membuat catatan, baik kutipan langsung maupun tidak langsung, yang nantinya dapat dijadikan sebagai barang bukti.
4.      Menarik kesimpulan dari paragraf persuasif. Penarikan kesimpulan dalam suatu karangan persuasi harus kitalakukan dengan benar agar tujuan kita tercapai. Suatu kesimpulan dapat dibuat apabila data yang diperoleh telah dianalisis. Penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan cara induksi atau deduksi
5.      Penutup paragraf persuasif. Pada bagian ini, penulis membari himbauan kepada pembaca tentang tulisan yang dia tulis.

C.     Pengembangan Paragraf

Jika dipandang dari sudut teknik, maka pengembangan paragraf dibagi menjad dua, yaitu:
1.  Pengembangan secara alamiah
Dalam hal ini, paragraf dikembangkan berdasarkan urutan waktu bersifat kronologis. Hal itu berarti kalimat yang satu mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu kegiatan dilakukan, dan diikuti oleh kalimat-kalimat yang mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu kegiatan dilakukan. Paragraf yang dikembangkan dengan cara ini tidak dijumpai adanya kalimat utama atau kalimat topik.



2.  Pengembangan secara logis.
Pada pengembangan ini cenderung memakai pola pikir. Pengembangan paragraf secara logis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu klimaks-antiklimaks, dan umum-khusus. Kemudian dari klimaks-antiklimaks dibagi lagi menjadi dua.

a. Pengembangan secara klimaks
Dilakukan dengan cara menyajikan gagasan-gagasan yang berupa rincian yang dianggap sebagai gagasan bawahan, kemudian diakhiri dengan gagasan yang paling tinggi/atas/kompleks kedudukannya atau kepentingannya.
b. Pengembangan paragraf antiklimaks
Sebaliknya, pengembangan paragraf secara antiklimaks dilakukan dengan terlebih dulu gagasan yang dianggap paling tinggi/atas/kompleks kedudukannya atau kepentingannya, baru diikuti dengan gagasan-gagasan yang berupa rincian yang dianggap sebagai gagasan bawahan, gagasan yang dianggap kurang penting atau rendah kedudukannya.








Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan cara atau teknik untuk menyampaikan sesuatu. Gaya bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam misi menyampaikan maksud kepada orang lain baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. salah satu fungsi penggunaan gaya bahasa yaitu untuk menjadikan pesan yang kita sampaikan lebih mengena kepada penerima pesan. Hal tersebut karena gaya bahasa memiliki efek tertentu pada pendengar atau pembaca.
Contoh berbagai Gaya Bahasa yang sering digunakan :
1. Alusio merupakan pernyataan atau maksud yang disampaikan secara berkias tetapi hanya sebagian saja, karena umum dianggap sudah mengetahui kelanjutan dan maksud yang sebenarnya.
Contoh : Sudah selayaknya dalam setiap usaha kita harus selalu berakit-rakit ke hulu.

2. Antiklimaks merupakan suatu pernyataan yang disusun secara berurutan dari yang paling tinggi, makin menurun dan makin menurun dan makin menurun sampai kepada yang makin rendah.
Contoh : Jangankan seratus ribu, sepuluh ribu, seribu bahkan seratus rupiah pun aku tak sudi membeli barang haram itu.

3. Antithesis merupakan pernyataan yang diungkapkan dengan kata-kata yang saling bertentangan.
Contoh : Tua muda, besar kecil, kaya miskin mempunyai tanggung jawab yang sama di depan Tuhan.

4. Antonomasia merupakan keterangan suatu hal yang kemudian dijadikan pengganti benda atau sesuatu yang mempunyai keterangan tersebut.
Contoh : Semoga Yang Maha Pengasih selalu melindungi perjuangan kita. ( Yang Maha Pengasih merupakan keterangan dari sifat Tuhan yang digunakan sebagai pengganti kata Tuhan dalam kalimat di atas.)

5. Apofasis merupakan suatu cara menegaskan sesuatu tetapi dengan cara yang seolah-olah menyangkalnya.
Contoh : Saya tidak akan mengatakan dalam forum ini, bahwa Saudaralah yang membocorkan rahasia itu.

6. Asindeton merupakan suatu cara mengemukakan beberapa hal atau peristiwa secara berurutan dengan tanpa menggunakan kata sambung.
Contoh : matahari, bumi, bulan, bintang yang berjuta-juta itu beredar dengan teratur menurut garisnya sendiri-sendiri.

7. Ellipsis merupakan suatu cara mengemukakansesuatau dengan menghilangkan suatu kata atau lebih, tetapi yang dengan mudah dapat dilanjutkan sendiri oleh pendengar atau pembacanya. Contoh : dari segi fisik, saya percaya engkau kuat; badanmu sehat, tetapi psikis……. (setelah psikis kalimat tersebut tidak dilanjutkan karena memang setiap yang medengar kalimat tersebut mesti sudah dapat memahami kelanjutan kalimat tersebut yang berupa ketidakpercayaan).

8. Epemisme disebut pula ungkapan penghalus ialah suatu cara mengemukakan pikiran atau perasaan dengan menggunakan kata-kata dengan arti yang baik dengan maksud agar tidak menyinggung perasaan orang. Epemisme dapat pula berupa ungkapan-ungkapan penghalus untuk menggantikan kata-kata yang dirasakan kurang sopan.
Contoh : sejak ditinggal suaminya, ia agak kurang waras.

9. Enumerasi merupakan suatu cara mengemukakan suatu peristiwa atau keadaansecara hterpisah-pisah, bagian demi bagian.
Contoh : rakyat yang dicurigai mulai ditangkap , penyiksaan terjadi di mana-mana, berbagai larangan mulai dikeluarkan, termasuk larangan bergerombol lebih dari tiga orang.

10. Eponim merupakan suau cara melukiskan sesuatu dengan mengambil sifat-difat yang dimiliki oleh nama-nama yang terkenal.
Contoh : lihatlah, Srikandi-Srikandi kita sedang berbaris dengan tegapnya.
(gadis yang pemberani)

11. Hiperbola merupakan suatu cara untuk menyatakan sesuatu denagn berlebih-lebihan.
Contoh : keringatnya menganak sungai.

12. Iuendo merupakan suatu cara menyindir dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya, atau dengan kata lain menyindir dengan cara yang tidak langsung.
Contoh : tentu saja ia kaya, karena sedikit-sedikit mau mengomersilka jabatanya.

13. Ironi merupakan suatu cara mnyindir denganmengatakan yang sebaliknya.
Contoh : baru jam 08.00, mengapa kau sudah bangun?

14. Klimaks merupakan suatu cara mengemukakan sesuatu, idé atau keadaan dengan mengurutkan dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi.
Contoh: jangasnkan seorang, dua orang, kalau perlu seluruh kelas dapat datang ke rumahku.

15. Koreksio merupakan suatu cara menarik perhatian pendengar atau pembaca dengan mengatakan sesuatu yang salah kemudian dibetulkan.
Contoh : pada waktu itu saya di Surabaya; Oh tidak, di Jakarta.

16. Litotes merupakan cara mengemukakan sesuatu dengan maksud merendahkan diri. Karena itu sesuatu atau hal tersebut akan dinyatakan tidak sesuai keadaan sebenarnya.
Contoh : terimalah barang yansg tak berharga ini sebagai tanda mata.

17. Metafora merupakan suatu cara mengatakan atau melukiskan sesuatu dengan membandingkanya dengan sesuatu yang lain. Dengan cara tersebut diharapkan pendengar atau pembaca akan lebih dapat menangkap maksud yang diharapkan penulis karena benda yang dijadikan perbandingan tersebut sudah diketahui benar baik wujud ataupun sifastnya oleh pendengar/ pembacanya. Metafora biasa juga disebut perbandingan.
Contoh :kapan saudara berjumpa dengan lintah darat itu?

18. Metonimia merupakan suatu cara mengemukakan sesuatu maksud dengan menggantikan dengan sifat, atau nama, atau sesuatu yang merupakan cirri khas dari benda-benda tersebut.
Contoh : kami akan berangkat dengan Garuda pukul 07.30 WIB.

19. Oksimorom merupakan suatu cara berbahasa denga menggunakan kata-kata yang berlawanan artinaya dalam fase yang sama. Dengan cara tersebut biasanya kata yang dikandungnya menjadi lebih keras atau lebih tegas.
Contoh : agar dapat merasa bahagia orang harus pernah menderita.

20. Paradox merupakan suatu cara mengintensifkan maksud dengan mengemukan dua hal yang bertentangan .sepintas lalu pernyataan tersebut tidak masuk akan, tetapi dibalkik pertentangan itulah terletak intensitas makn a yang diharapkan.
Contoh : di tempat ramai begini, terasa hatiku semakin sepi.

21. Pararelisme merupakan suatu cara berbahasa denga menjajarkan beberapa kata atau frase yang mempunyai makna sama atau hmpir sama.denga cara demikian dihaarapkan maksud yang terkandung di dalamnya menjadi semakin jelas.
Contoh : baik orang berpangkat maupun rakyatm melarat semua harus dihukum kalau memang bersalah.

22. Personifikasi biasa disebut juga pengorangan, merupakan suatu cara memperjelas maksud dengan menjadikan benda-benda yang digambarkan tersebut seperti manusia. Atau dengan kata lain suatu cara berbahasa dengan menghidupkan benda-benda mati denagn memberinya sifat-sifat seperti yang dimiliki oleh manusia.
Contoh : sebentar lagi matahari akan bangun dari ttempat peraduannya.

23. Pernyataan retoris merupakan suatu cara menarik perhatian pendengan atau pembaca dengan mengajukan pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban, karena sebenarnya jawaban atas pertanyaan tersebut sudah diketahuinya.
Contoh : mungkinkah Tuhan akan mengabulkan doamu jika tanpa kau sertai usaha?

24. Polisendeton merupakan cara berbahasa dengan menggunakan beberapa kata sambung secara berurutan dalam suatu kalimat.
Contoh : ia yakin bahwa kedua orang tuanya dan adik-adiknya dan kakak-kakaknya dan semua familinya akan berdoa demi kebrhasilan usahanya.

25. Pleonasme merupakan suatu cara memperjelas maksud dengan cara menggunakan kata berlebih. Biasanya dengan member keterangan dibelakang kata atau bagian, kalimat yang diperjelas maksudnya tersebut.
Contoh : benar, peristiwa itu kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri.

26. Pretario (tautology) merupakan suatu cara menyatakan sesuatu dengan menyembunyikan atau merahasiakan apa yang ingin dinyatakan tersebut.
Contoh : tidak perlu kau sebutkan namanya, aku sudah tau siapa yang kau maksudkan.

27. Prolepsis disebut pula antipasti, merupakan suatu cara berbahasa dengan menggunakan kata tertentu lebih dulu, sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi.
Contoh : Almarhum siang itu masih berboncengan Honda dengan anak laki-lakinya.

28. Repetisi atau pengulangan merupakan suatu cara memperkuat makna atau maksud dengan mengulang kata atau bagian kalimat yang hendak diperkuat maksudnya terdsebut.
Contoh : untuk mencapai cita-citamu itu, satu hal jangan kau lupakan ialah belajar, belajar dan sekali lagi belajar.

29. Sarkasme merupakan suatu ejekan atau sindiran dengan kata-kata yang kasar.
Contoh : tuli kamu ya, dipanggil dari tadi tidak datang-datang juga!

30. Sinekdose, merupakan suatu cara menyatakan sesuatu dengan menyebutkan bagian-bagianya saja, atu sebaliknya. Sinokse dibedakan menjadi dua, yaitu tutom pro parte (menyatakan sebagian untuk keseluruhan) dan pars pro toto (menyebutkan keseluruhan tapi yang dimaksudkan sebagian saja).
Contoh : Perang Dunia II berakhir pada tahun 1942 (totum pro parte)
Sudah lama saya tak melihat batang hidungnya (pars pro totot).











PENUTUP

            Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Tujuan Diksi (Pemilihan kata) adalah untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas.
Paragraf berasal dari bahasa Yunani yaitu paragraphos yang berarti "menulis di samping" atau "tertulis di samping". Paragraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran gagasan , atau ide pokok yang di bantu dengan kalimat pendukung. Pengembangan paragraf dibagi 3 yaitu berdasarkan bentuk paragraf, jenis paragraf dan pengenbangan paragraf.
Gaya bahasa merupakan cara atau teknik untuk menyampaikan sesuatu. Gaya bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam misi menyampaikan maksud kepada orang lain baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Salah satu fungsi penggunaan gaya bahasa yaitu untuk menjadikan pesan yang kita sampaikan lebih mengena kepada penerima pesan. Hal tersebut karena gaya bahasa memiliki efek tertentu pada pendengar atau pembaca.
Ketiganya sangat berpengaruh pada keefisiensian sutu kalimat, paragraf maupun wacana. Ketiganya mempengaruhi keindahan suatu kalimat. Apabila ketiganya mengalami kesalahan penggunaan, maka keindahan tidak akan didapatkan.









Daftar Pustaka