Selasa, 03 April 2012

Beberapa Masalah Khusus


Beberapa masalah khusus dalam etika Jawa yang perlu diperhatikan yakni:
1.  Keluarga, Keakraban dan Hormat
Pemahaman tentang rame ing gawe dan sepi ing pamrih, bagi orang Jawa sendiri ternyata dipahami sebagai tuntutan hidup yang membelenggu. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu ruang yang bebas dari tuntutan hidup tersebut, itulah keluarga. Magnis menambahkan bahwa keluarga merupakan satu-satunya tempat di mana orang Jawa menjadi dirinya sendiri, aman dan bebas dari segala tuntutan lahiriah dan batiniah.
2.  Tentang Etika Seksual Jawa
Ada tiga hal yang menarik bagi Magnis dalam etika seksual Jawa ini, pertama; hubungan seksual tidak dipandang sebagai sesuatu yang problemtis secara moral. Pertimbangan mengenai hubungan seksual di luar perkawinan bukan karena hubungan seksualnya yang buruk melainkan karena akibat-akibat yang tidak diinginkan. Kedua; masyarakat Jawa tidak memiliki harapan yang berlebihan di bidang seksual. Penyelewengan terkait dengan hubungan seksual tidak diartikan sebagai suatu tindakan jahat melainkan sesuatu yang harus diperbaiki, dengan kata lain, pengawasan masyarakat harus diperketat. Ketiga; mengenai hal ini masyarakat Jawa tidak berambisi untuk menegakkan prinsip moral mutlak melainkan agar ketenangan dan keselarasan masyarakat tetap terjaga.
3.  Ilmu Hitam
Bagi masyarakat Jawa keberadaan ilmu hitam sudah menjadi sesuatu yang lumrah. Aktivitas laku tapa atau semedi merupakan suatu laku batin untuk dapat menyerap kekuatan-kekuatan kosmis (kekuatan gaib), sementara kekuatan gaib tersebut dapat dipergunakan untuk tujuan baik maupun tujuan jahat. Namun demikian, penggunaan kekuatan kosmis tersebut hendaklah tetap harus memperhatikan sikap batin, tindakan serta pengertian yang tepat sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
4.  Semar
Semar merupakan salah satu penokohan dalam pagelaran wayang, namun demikian keberadaan semar ini memiliki filosofi hidup tersendiri, keberadaan tokoh Semar memiliki koordinat terpenting dalam etika Jawa. Semar merupakan figur rakyat jelata, sebagai abdi dalem ia bebas dari pamrih dan hidupnya semata-mata hanya untuk menjalankan darmanya sebagai abdi dalem. Namun dibalik sosoknya yang sederhana, ia memiliki kesempurnaan etis orang Jawa. Ia hadir sebagai pelengkap dan sekaligus sosok inti kebatinan  masyarakat Jawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar