Beberapa masalah khusus dalam etika Jawa yang perlu
diperhatikan yakni:
1. Keluarga, Keakraban dan Hormat
Pemahaman tentang rame ing gawe dan sepi ing
pamrih, bagi orang Jawa sendiri ternyata dipahami sebagai tuntutan hidup
yang membelenggu. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu ruang yang bebas dari
tuntutan hidup tersebut, itulah keluarga. Magnis menambahkan bahwa keluarga
merupakan satu-satunya tempat di mana orang Jawa menjadi dirinya sendiri, aman
dan bebas dari segala tuntutan lahiriah dan batiniah.
2. Tentang Etika Seksual Jawa
Ada tiga hal yang menarik bagi Magnis dalam etika
seksual Jawa ini, pertama; hubungan seksual tidak dipandang sebagai
sesuatu yang problemtis secara moral. Pertimbangan mengenai hubungan seksual di
luar perkawinan bukan karena hubungan seksualnya yang buruk melainkan karena
akibat-akibat yang tidak diinginkan. Kedua; masyarakat Jawa tidak
memiliki harapan yang berlebihan di bidang seksual. Penyelewengan terkait
dengan hubungan seksual tidak diartikan sebagai suatu tindakan jahat melainkan
sesuatu yang harus diperbaiki, dengan kata lain, pengawasan masyarakat harus
diperketat. Ketiga; mengenai hal ini masyarakat Jawa tidak berambisi
untuk menegakkan prinsip moral mutlak melainkan agar ketenangan dan keselarasan
masyarakat tetap terjaga.
3. Ilmu Hitam
Bagi masyarakat Jawa keberadaan ilmu hitam sudah
menjadi sesuatu yang lumrah. Aktivitas laku tapa atau semedi
merupakan suatu laku batin untuk dapat menyerap kekuatan-kekuatan kosmis
(kekuatan gaib), sementara kekuatan gaib tersebut dapat dipergunakan untuk
tujuan baik maupun tujuan jahat. Namun demikian, penggunaan kekuatan kosmis
tersebut hendaklah tetap harus memperhatikan sikap batin, tindakan serta
pengertian yang tepat sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
4. Semar
Semar merupakan salah satu penokohan dalam pagelaran
wayang, namun demikian keberadaan semar ini memiliki filosofi hidup tersendiri,
keberadaan tokoh Semar memiliki koordinat terpenting dalam etika Jawa. Semar
merupakan figur rakyat jelata, sebagai abdi dalem ia bebas dari pamrih dan
hidupnya semata-mata hanya untuk menjalankan darmanya sebagai abdi dalem. Namun
dibalik sosoknya yang sederhana, ia memiliki kesempurnaan etis orang Jawa. Ia
hadir sebagai pelengkap dan sekaligus sosok inti kebatinan masyarakat
Jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar