Kamis, 01 November 2012

Pendidikan Kewarganegaraan dan Gatra Politik


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk Tuhan yang dikaruniai kemampuan berfikir, berbahasa, berakal dan lain-lain akan selalu berusaha mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya. Untuk itu manusia harus hidup berkelompok (homosocius) dan melengkapi dirinya dengan alat sebagai alat pendorong serta menghuni wilayah tertentu dan menguasai segala isinya.
Untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa demi negara diperlukan suatu konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan secara serasi dalam semua aspek kehidupan Nasional secara utuh menyeluruh berdasarkan pada filsafat bangsa dan wawasan Nasionalnya.
Keberhasilan Pembangunan Nasional akan meningkatkan Ketahanan Nasional dan sebaliknya Ketahanan Nasional yang tangguh akan mendorong Pembangunan Nasional dalam segala aspek kehidupan Nasional guna mencapai tujuan Nasional.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud Ketahanan Nasional Panca Gatra (khususnya dalam gatra politik)?  
2.      Bagaimana Pembinaan Ketahanan Nasional (khususnya dalam gatra politik) ?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Menggali informasi tentang ketahanan nasional di tinjau dari PANCAGATRA (GATRA POLITIK)
2.      Untuk mengetahui bagaimana pembinaan ketahanan nasional (khususnya gatra politik).






BAB II
PEMBAHASAN

A.   PANCAGATRA
1.      Ketahanan Nasional Panca GATRA
Aspek sosial panca GATRA pada dasarnya berlandaskan hubungan manusia dengan Tuhan. Hubungan manusia dengan sesama, alam sekitarnya, maupun manusia dengan dirinya sendiri dalam bentuk kebutuhannya. Dengan dasar hubungan tersebut dapat dikelompokkan menjadi lima bidang ataupun lima aspek kehidupan Nasional yang disingkat Ipoleksosbud Hankam. Lima aspek kehidupan Nasional akan diuraikan konsep dasar dalam rangka mengembangkan kekuatan Nasional dalam menghadapi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan.
Pancagatra mencakup :
1)        Gatra ideologi
2)        Gatra politik
3)        Gatra ekonomi
4)        Gatra sosial budaya, dan
5)        Gatra hankam.
Namun kami hanya akan membahas gatra politik.
2.      Ketahanan Nasional dalam Bidang Politik
·         Politik
Politik adalah bermacam – macam kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan – tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan – tujuan itu. Untuk melaksanakan tujuan – tujuan itu perlu ditentukan kebijaksanaan umum yang menyangkut pengaturan dan pembagian atau alokasi dari sumber – sumber yang ada.
Untuk melaksanakan kebijaksanaan – kebijaksanaan itu, perlu dimiliki kekuasaan dan kewenangan yang akan dipakai baik untuk membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses tersebut. Politik mengandung beberapa aspek yaitu negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijaksanaan, dan pembagian atau alokasi. Politik selalu dihubungkan dengan masalah negara karena kekuasaan di dalamnya berpusat pada pemerintahan. Pemerintah akan menentukan sistem politik yang tepat untuk dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan Nasionalnya. Maka itu kehidupan politik dapat dibagi menjadi 2 sektor yaitu :
a)      Sektor masyarakat yang berfungsi memberikan masukan (input) berupa aspirasi atau tautan kebutuhan masyarakat.
b)      Sektor pemerintah berfungsi sebagai keluaran (output) yang berupa kebijaksanaan yang melairkan Undang-Undang, peraturan-peraturan yang merupakan Keputusan Politik.
Tingkat Ketahanan politik dapat diukur dari kemampuan suatu sistem politik dalam menghadapi dan menyelesaikan lima fungsi politik yaitu :
1)      Mempertahankan pola
2)      Pengaturan dan penyelesaian ketegangan
3)      Penyesuaian keadaan
4)      Pencapai tujuan
5)      Penyatuan sistem sosial.
·         Politik Nasional
Politik nasional adalah asas, haluan, usaha, kebijaksanaan dari negara dalam mencapai tujuan nasional. Hakikat politik nasional adalah kebijaksanaan nasional yang menjadi landasan serta arah bagi penyusunan konsep strategi nasional. Politik nasional itu meliputi :
a.       Politik dalam negeri. yang diarahkan kepada mengangkat, meninggikan, dan memelihara harkat dan potensi rakyat Indonesia yang pernah mengalami kemelaratan akibat penjajahan menuju sifat – sifat bangsa yang terhormat dan dibanggakan.
b.      Politik luar negeri yang bebas aktif. anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya, mengabdi kepada kepentingan nasional dan amanat penderitaan rakyat serta diarahkan kepada pembuatan solidaritas antar bangsa terutama bangsa asia – afrika.
c.       Politik ekonomi yang bersifat swasembada atau swadaya dengan tidak berarti mengisolasi diri, tetapi diarahkan kepada peningkatan taraf hidup dan daya kreasi rakyat Indonesia sebesar – besarnya .
d.      Politik pertahanan keamanan, yang bersifat defensife aktif dan diarahkan kepada pengamanan serta perlindungan bangsa dan negara dari segala ancaman.
3.       Pengaruh Gatra Politik
Ketahanan Nasional gatra politik adalah sebagai kondisi dinamik bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, gangguan dari dalam maupun luar, langsung maupun tidak langsung membahayakan kehidupan politik bangsa dan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Adapun pengaruh gatra politik terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, nampak pada situasi yang menggambarkan :
a.       Perkembangan politik dalam negeri Indonesia, baik dalam struktur, proses, budaya maupun komunikasi politiknya.
b.      Perkembangan politik luar negeri sebagai sarana pencapaian kepentingan nasional, poitik luar negeri sebgai integral dari strategi nasional, kejelasan garis politik luar negeri.
c.       Kondisi nyata ketahanan politik Indonesia. Untuk mewujudkannya diperlukan kehidupan politik bangsa yang sehat dan dinamis, yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas politik yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.


B.   PEMBINAAN KETAHANAN NASIONAL
Ketahanan nasional suatu bangsa dan negara akan kuat dan kokoh, jika dilakukan upaya pembinaan/pengembangan terhadap setiap bidang (gatra) secara terencana, terpadu, dan berkesinambungan.
Sehubungan dengan hal ini, pembinaan ketahanan nasional menggunakan pendekatan asta gatra (8 aspek) yang merupakan keseluruhan dari aspek-aspek kehidupan bangsa dan negara. Namun disini kami hanya membahas tentang gatra politik. Pembinaan terhadap asta gatra tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pembinaan Gatra Politik
Politik adalah segala hal yang berhubungan dengan negara/kekuasaan (polis=kota, taia=urusan). Namun dalam arti luas, politik di artikan dengan cara atau usaha untuk mewujudkan cita-cita atau tujuan ideologi. Dalam pembahasan ini karena politik dikaitkan dengan ketahanan nasional, maka yang dimaksudkan adalah ketahanan sistem politik yang diartikan dengan : kondisi dinamik kehidupan politik suatu bangsa yang berisi keuletan dalam menghadapi ancaman yang dapat membahayakan kelangsungan hidup politik bangsa dan negara tersebut.
·           Ancaman gatra politik
Ancamannya terjadi jika sistem politik yang berlaku tidak dapat melaksanakan fungsi-fungsi pokoknya yakni fungsi integrasi dan fungsi adaptasi. Fungsi integrasi diartikan mempersatukan di antara komponen-komponen  politik yang ada, terutama antara pemerintah dengan masyarakat.
Sedangkan fungsi adaptasi adalah menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Indikasi adanya ancaman terhadap sistem politik, antara lain jika berbagai bentuk ketidakpercayaan/ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah semakin meluas.
·         Pembinaan yang harus dilakukan :
Kelemahan utama perkembangan sistem politik di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia adalah terlalu dominan dan luasnya kekuasaan pemerintah (presiden) sehingga melahirkan berbagai bentuk penyelewengan kekuasaan dan keuangan negara (KKN). Hal ini sesuai dengan aksioma politik dari Lord Acton yang menyatakan : power tends to corupt and absolute power tends to corupt absolutely.
Karena itu upaya pembinaan yang utama terhadap gatra politik adalah bagaimana memberikan pengaturan dan pembatasan yang tegas dan jelas terhadap wewenang dan kekuasaan presiden serta memberdayakan pengawasan masyarakat (pers, LSM, parpol, dsb).


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ketahanan nasional adalah upaya meningkatkan pertahanan dan keamanan bangsa dan negara pendidikan kewarganegaraan di perlukan untuk menanamkan kesadaran Hamkanas melalui pendidikan nasional yang pada akhirnya menumbuhkan keselarasan dan kemampuan  berfikir, bersifat dan bertata laku yang bersifat komprensif.

B.     Saran-saran
1.      Kepada mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah pendidikan kewarganegaraan bisa lebih memperhatikan hal-hal mengenai ketahanan nasional.
2.      Kepada dosen pengampu mata kuliah pendidikan kewarganegaraan bisa memberikan koreksi mengenai penyusunan makalah ini.
3.      Kepada semua pembaca untuk dapat memberikan dan membandingkan pemahaman konsep ketahanan nasional dari sumber-sumber yang berbeda.


Jumat, 08 Juni 2012

Resensi Buku "Kitab Jawa Kuno" Bageyan "Serat Purwakanda"


Serat Purwakanda


Irah-irahan Buku : Kitab Jawa Kuno
Pengarang : Dr. Purwadi, M.Hum.
Penerbit : Buku Pinus, Yogyakarta
Cetakan : VI, September 2009
Cacah Kaca : 414
ISBN : 979–99008–5-9
“Panji sampai di tempat kediamnya sendiri, ia minta nasehat prsanta ( di sini tiba9tiba disebut Ki Lurah Cakrajaya ) mengenai usaha pencarian. Karena bingungnya, Panji jatuh pingsan. Saudara-saudaranya yang lain yang juga hadir, mencoba menyadarkanya kembali. Onengan menangis karena terkejut. Sang raja, yang mendengar kejadian itu, pun datang ke tempatkediaman Panji, bersama kakaknya, Kili-Suci. Ia menanyakan keadaan putranya, Prasanta menjawab, “ Ah, biasa saja, memang kalau dia sedih, dia jatuh pingsan.”.”
Kitab menika ngandaraken 14 kitab kuno sastra klasik inggih punika Serat Purwakandha,  Serat pulo Kencana, Serat Panji Asmara Bangun, Serat Nagri Ngurawan, Serat Tawang Gantungan, Serat Niti Praja, Serat Waskithaning Nala, Serat Paniti Sastra, Serat Pamrayoga Utama, Serat Nirata Praketa, Serat Kridhamaya, Serat Niti Sruti, Serat Arjuna Wihaha lan Serat Tripama. Kitab punika boten namung pitutur babagan “sasmitaning urip” nanging babagan “lampahing urip” ugi. Isi saking kitab menika nggajak kita supados tetep mandang urip kanthi samestine.
Serat Purwakanda punika cariyos babagan lampahipun Kerajaan Jenggala Manik. Wiwit saking dipunbangun ngantos owahipun rajane. Lan kados pundi lampahipun Panji Inu Kertapati kagem nggayuh gelar raja. Sejatosipun katah paedah ingkang saged dipunpundhut, wiwit saking usahanipun Panji Inu Kertapati dumugi dalan ingkang dipunagem dening Prasanta lan Sadulumur kagem ngrampungaken prakara ing cariyos kasebut.
Nanging basa ingkang dipunagem dening pengarang wonten ingkang boten saged dipunpangertos, lan wonten saperangan tembung ingkang asing ananging boten wonten rujukan kagem maknanipun. Sebab kitab niki terjemah dados susunan ukaranipun kathah ingkang boten trep.
Sanajan basa ingkang dipunagem boten gampil dipunpahami, ananging kita kedah kagungan buku punika, sebab kathah falsafah urip tiyang jawa ingkang saged dipunpundhut ing jeroning cariyos wau. Lan supados kita generasi mudha mengertos babagan kearifan lan kabijaksanaan para sesepuh kita sedaya. Supados kita mengertos babagan lumampahing urip anut wirama lan nuting jaman kelakone, sarta ora grusa-grusu nglakoniurip ananging langkung rasional lan kedah gadah sikap ksatria.

Resensi Novel Kanthi Basa Jawa



Perjalanan Sunyi
Bisma Dewabrata


            Buku kanthi irah-irahan “Perjalanan Sunyi Bisma Dewabrata” menika dipunserat dening Pitoyo Amrih. Kawedalaken wonten ing DIVA Press ing kutha Yogyakarta sasi Juni 2010. Buku menika dipunperang dados 28 bab lan cacahipun kaca inggih menika 476 kaca. Kanthi No ISBN : 978-602-955-737-4.
Buku menika nyariyosaken salah satunggaling tokoh ing jagad pewayangan babagan lampahing gesangipun, awit saking miyosipun, timuripun, nalika gandrung tumrap piyantun estri, sepuhipun dumugi sedanipun wonten ing palagan perang Bharatayuda, inggih menika Bisma.
Ingkang paling kondhang saking Bisma inggih menika kansenipun tumrap Ibunipun Dewi Durgandini babagan tahta Hastinapura. Panjenengane namung saged bekti tumrap Hastinapura lan ibunipun.
Perang Bharatayuda ingkang dipunwiwiti denging Duryudana inggih menika perang ingkang ngecewakaken Bisma, ananging ugi perang ingkang dipuntengga salawase gesangipun. Sebab perang wau Bisma saged milih caranipun seda. Sedanipun Bisma sebab panah ingkang dipunsotaken dening Srikandi, putri ksatria saking Cempalareja ingkang kagungan raga lan watak ingkang sami kaliyan Dewi Amba, piyantun estri ingkang dipungandrungi dening Bisma lan namung Bisma lan Antasena ingkan mangertos babagan niku.
Lampahing gesangipun Bisma kang dhawa, boten wonten piyantun ingkang ngertos lebeting panggalihipun Bisma. Anamung Antasena ingkang langkung caket lan mangertos sinten sejatosipun Bisma.
Buku inspirasional menika ngandharaken kanthi sae lan jangkep babagan lampahing gesangipun tokoh utamanipun ingkang heroik, tintrim lan dramatis. Cariyos babagan bekti ingkang saged dipunagem wonten ing uripipun kita. Hikmah ingkang saged dipunpundhut lan dipunagem wonten ing panguripan kita uga kathah. Pengarang ingkang sampun gandrung kaliyan jagad pewayangan wiwit alit lan demen mahami karakteristik tokoh-tokoh pewayangan saged damel cariyos ingkang digandrungi kathah piyantun. Ananging buku menika ugi wonten bentenipun kaliyan pakem-pakem pedhalangan babagan Perang Bharatayuda ingkang saged ndadosaken bentenipun pandhangan piyantun kathah, nanging basa ingkang dipunagem langkung gampil dipunpangertos dening para mudha. Nanging para pelajar kedah langkung teliti anggene mados acuan pembelajaran. Buku menika saged dipun waos dening para pelajar, mahasiswa serta para penikmat sastra pewayangan.